Analisa Arah Kedepan Kerjasama Indonesia – Amerika Pasca Kemenangan Joe Bidden

Penulis: Ardan Maulana

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal

 

Dalam pertempuran di pilres AS kali ini tiap kubu memiliki karakteristik yang berbeda. Dolald Trump dari partai Republik cenderung isolasionis sedangkan Joe biden dari partai Demokrat cenderung internasionalis.
Pada 7 November 2020, kecemasan dunia seputar hasil pemilihan presiden (pilres) Amerika Serikat (AS) 2020 selama beberapa bulan terakhir akhirnya terjawab, politikus Demokrat Joe biden memenangkan pilres as 2020 mengalahkan petahana Donald Trump.
Dengan kemenangan ini, biden akan menjadi presiden tertua sepanjang sejarah AS. sementara kamala Harris, anggota senat yang mewakili California sejak 2017 dengan orang tua imigran asal Jamaika dan India, akan menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai wakil presiden AS. hal ini menjadi sebuah kabar gembira dari pendukung biden. Namun, kabar gembira tersebut ternyata tidak hanya di rasakan oleh pendukung biden di negara paman sam, beberapa pemimpin dunia juga turut memberikan ucapan selamat kepada biden, termasuk presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi menantikan untuk bekerja sama dengan biden dalam memperkuat kemitraan starategis Indonesia – AS serta mendorong kerja sama di bidang “ekonomi, demokrasi dan multilateral untuk kepentingan kedua negara” tidak hanya itu, nama biden bahkan ikut bergema di pasar keuangan Indonesia melalui sebutan “Biden Effect” seiring penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan harga emas di Indonesia pasca kemenangan biden.
Dampak kemenangan biden di Indonesia ,biden bisa lebih menguntungkan Indonesia terutama dalam kaitan laut China selatan yang dalam beberapa tahun ini agresif di usik Tiongkok, Joe biden cenderung akan menjalankan kebijakan multilateralisme dengan mengandalkan sekutunya di Asia tenggara dalam berbagai isu keamanan. Indonesia menjadi negara yang di pandang penting untuk membuat kawasan Asia tenggara tetap kondusif, terutama berkaitan dengan isu lautan China selatan.
Sementara di sektor pendidikan, Indonesia punya peluang kerja sama dalam pemberian beasiswa bagi WNI serta kerja sama dalam pengembangan riset dan tekhnologi, peluang ini didasarkan atas kebijakan imigran yang terbuka dan pemberian kesempatan bagi tenaga ahli dari seluruh dunia untuk mengembangkan bakatnya di AS.
Untuk di sektor kesehatan Indonesia mempunyai peluang dalam kerja sama kesehatan global dengan AS, salah satunya adalah kerja sama penanggulangan covid19. Indonesia punya peluang untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan dan vaksinisasi secara bersama – sama dengan AS.
Dari faktor ekonomi Indonesia khususnya dunia tidak memproyeksikan banyak perubahan terkait hubungan perekonomian Amerika Serikat dan Indonesia setelah Joe biden menang pemilu AS semua tergantung pada daya tarik iklim usaha dan investasi Indonesia, khususnya karena konflik AS – China dan negara – negara cenderung terus di pertahankan oleh Joe biden karena kebutuhan ekonomi internalnya sendiri, jadi ekonomi Indonesia sangat tergantung kondisi iklim investasi di negeri ini. Terkait perdagangan bahwa janga pendek ekspor Indonesia ke AS akan tergantung pemulihan ekonomi negeri itu dari covid-19. Indonesia sudah melakukan pemetaan produk-produk unggulan dari potensi ekspor ke Amerika yang saat ini akan di fasilitasi untuk penetrasi lebih besar.
Di perkiraan kebijakan perdagangan ketika Joe biden menang pemilu AS tidak akan jauh berbeda dengan pendahulunya, Donald Trump pada prinsipnya kebijakan Joe biden akan relatif sama dengan Donald Trump, hanya saja konsep yang di usung biden lebih terstruktur, bukan sporadis seperti Trump. Konsep perdagangan Joe biden akan mengarah kepada kebijakan fair traid, jor biden yang di usung partai Demokrat ini akan lebih terbuka untuk menciptakan kompromi dagang yang mengarah kepada konsep perdagangan adil dengan negara-negara yang saat ini sedang sangat di tekan oleh kebijakan Donald Trump.
Joe biden di perkirakan tidak akan pro perdagangan bebas sepenuhnya, melainkan akan mengupayakan keseimbangan antara proteksi pasar Amerika Serikat dari impor, khususnya dari China dan negara lain yang di anggap melakukan persaingan dagang tidak sehat. Karena itu, biden kemungkinan besar tidak serta merta akan menghentikan trade war review ataupun penyelidikan – penyelidikan dagang terkait aktivitas perdagangan AS dengan negara – negara lain.

Scroll to Top